Senin, 17 Februari 2014

CERITA PENGANTAR BERAK : Kisah Darmaji, Surti, dan Narto....

Manusia adalah mahluk perasa. Berbagai macam rasa dirasakan.ada rasa cinta, rasa sayang, rasa durian, rasa mangga, dan rasain loe...!!!. Begitupun juga gue.Gue juga makhluk perasa karena gue manusia. kalo nggak merasa berarti bukan Laki - laki. Kenapa gue bilang seperti itu, karena memang laki - laki punya kemampuan yang sangat hebat dalam hal merasa. Merasa kalo disukai wanita, merasa ganteng, merasa mirip Ariel ( Oke yg dibelakang kayanya cuma gue )
Kali ini gue mau ceritain sebuah dongeng pengantar berak tentang laki - laki pengobat patah hati...


Darmaji adalah seorang pemuda tanggung ( tampannya menggunung ) yang sudah 28 tahun menyandang status jomblo. Walaupun wajahnya tampan badai gini,di umurnya yang telah menginjak 20 tahun dia masih bertahan untuk tetap sendiri menjalani hari - hari dengan penuh warna - warni. Bukannya Darmaji pilih - pilih, tapi memang belum menemukan yang pas dan cocok di hati.

Hingga suatu hari Darmaji bertemu seorang wanita yang baru saja patah hati duduk sendiri di pinggir kali dengan wajah sedih dan tangisan tiada bertepi. Darmaji menghampirinya dengan perasaan was - was dan takut kalau - kalau wanita yang duduk menangis itu ternyata mbak kunti. Dengan hati - hati Darmaji menepuk pundak wanita itu dengan sebilah golok yang dia bawa dari rumahnya. " srettt...srettt "

      " Mbak kenapa duduk sendiri di sini, bahaya loh banyak maling BH " tanya Darmaji dengan sedikit lirih.

Wanita itu sedikit terkaget dan menoleh ke arah Darmaji tanpa memperdulikan cucuran darah di pundaknya akibat tepukan golok Darmaji.

      " Surti...?!!" Darmaji terkaget bukan kepalang hingga bijinya berubah menjadi tiga.

      " Mas Darmaji..?!! " Wanita itupun tak kalah kaget melihat Darmaji dengan tiga bijinya.
Di iringi dengan sambaran petir dan irama musik yang dihasilkan dari tiga biji Darmaji. Merekapun saling kaget - kagetan.

       " Kamu kenapa surti...?" tanya Darmaji dengan ekspresi mupengnya.

       " Aku sedih mas, a...a..a..su, eh..aku putus sama Narto mas " jawab surti sambil menangis dan menjambak - jambak rambut Darmaji.

      " Loh kok bisa...? kalian kan pasangan serasi sudah seperti Markis Kido dan Hendra Setyawan " Tanya Darmaji dengan penasaran.

      " a...a...a...su, eh anu mas dia mutusin aku gara - gara aku nggak komen status FBnya, memang aku yang salah mas waktu itu aku nggak sempet buka FB karena bensin Hp ku habis " Jawab Surti dengan muka penuh penyesalan dan tangan yang masih menjambak - jambak rambut Darmaji.

Darmaji - pun canggung dengan situasi seperti ini. Dia tau kalau wanita yang ada bersamanya ini sedang menahan sakit yang tiada terkira. Entah karena menahan sakit akibat di putuskan Narto, atau menahan sakit karena tepukan goloknya tadi. Dia mencoba menenangkannya dengan candaan - candaan ataupun nasehat - nasehat kecilnya. Surti pun sudah terlihat tenang dan tertidur di pangkuan Darmaji yang mulai Horni.

Hari berganti hari, sudah tak terlihat lagi raut wajah sedih si Surti. Yang terlihat hanya wajah cantiknya dan sedikit gulungan perban yang mengelilingi ketiak hingga pundak kirinya guna menutup luka akibat tepukan golok Darmaji.

     " Makasih yah mas Darmaji, sudah buat Surti jadi ceria seperti dulu lagi " kata si Surti dengan manja.

     " Iya sama - sama, aku senang kok bisa bantuin kamu " Jawab Darmaji dengan wajah sedikit memerah sambil memainkan bijinya yang tiba - tiba bertambah menjadi empat.

Hari kembali berganti, Darmaji yang sebelumnya tidak pernah menyimpan perasaan kepada Surti kini mulai timbul benih - benih ikan lele di hatinya. Mungkin karena Darmaji merasa nyaman dengan tangan si Surti yang selalu menjambak - jambak rambutnya dan geliatan manis manjanya terhadap Darmaji. Namun Darmaji masih ragu dengan apa yang dia rasakan. Mungkin dia tidak berani mendengar jawaban menyakitkan dari Surti atau mungkin saja dia tidak siap menjadi korban iklan IM3.

Hari lagi - lagi kembali berganti, entah hari apa ini..? Darmaji mulai diselimuti oleh keraguan yang mendalam. Dia membasahi kepalanya dengan air kobokan bekas makan malam. Sambil memejamkan matanya dan memainkan alat vitalnya, Darmaji menggerutu sendiri.

    " aku ini memang penakut, takut menerima kenyataan, takut kalah sebelum berperang "

Darmaji berteriak kencang, tangannyapun semakin kencang memainkan alat vitalnya hingga tak terasa Darmaji meneteskan air di matanya dan juga air di alat vitalnya. Darmaji pun terduduk lemas tak berdaya sambil bersandar di pintu kamar mandi yang sudah tua akibat di makan oleh rayap atau dengan bahasa latin Glyptotermes Spp. Darmaji kembali berpikir sembari mengernyitkan dahinya.

   "Aku harus melakukannya walaupun pahit nanti jadinya"

Darmaji kembali bersemangat. Dia bangkit dari duduknya lalu berlari mencari dukun yang bisa memelet si Surti agar takluk kepadanya. Namun dipelariannya mencari dukun dia berhenti dan kembali berpikir kalau menggunakan dukun itu merupakan perbuatan musyrik dan dilarang oleh agama. Akhirnya Darmaji berubah arah berlari menuju rumah sakit untuk mencari dokter. Sesampainya di rumah sakit , Darmaji langsung menarik dokter itu dan membawanya ke rumah Surti untuk mengganti perban di luka Surti akibat tepukan goloknya.

Hari lagi - lagi kembali berganti. Darmaji semakin ekstrim melakukan pendekatan terhadap Surti. Namun lama kelamaan ada gelagat yang tidak baik dari diri Surti. Si Surti sudah tak seperti dulu lagi, sudah tak pernah menggeliat manis manja, dan sudah tak pernah menjambak - jambak rambut indah Darmaji.

Hari berganti lagi, tapi cuma satu hari. Darmaji tak sengaja bertemu dengan Surti di pinggir kali. Dia senang sekali melihat wajah cantik tambatan hatinya itu.

   " Eh mas Darmaji, kebetulan mas aku mau ngomong sesuatu " Si surti mulai membuka pembicaraan.

   " mau ngomong apa...? " Tanya Darmaji dengan wajah penasaran.

   " Gini mas, aku mau kasih ini " Surti memberikan 2 buah amplop beda warna kepada Darmaji.

   " Ini apa...?? apa ini...?? " Tanya Darmaji yang semakin penasaran.
 
   " a...a...asu, eh anu mas sebelumnya aku mau terima kasih sama mas Darmaji yang sudah mau jadi tempat        keluh kesahku selama ini. Ini ada dua undangan mas, yg warna merah undangan pernikahan aku dengan        Narto. Kalau yang warna putih undangan acara sunatannya Narto " surti menjelaskan semua apa yang          membuat penasaran Darmaji.

Akhirnya yang dikhawatirkan Darmaji telah terjadi. " iya, a...a...asu, eh aku pasti datang kok " Kata Darmaji dengan nada lemas seraya meninggalkan Surti di pinggir kali sendiri. Darmaji berlari tanpa tau arah tujuan. Dia tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. membayangkan orang yang dicintainya bersama laki - laki lain. Sambil menyeka air mata yang sudah mengalir di seluruh wajah, ubun - ubun, hingga selangkangannya dan tak lupa memainkan bijinya yang telah kembali menjadi dua dia berlari semakin kencang tanpa memperhatikan kanan kiri. Semoga Darmaji tidak bunuh diri......

NB : Kisah ini hanyalah fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama dan tokoh, mohon maaf karena             memang saya sengaja.

Cerita di atas merupakan refleksi nyata dari kehidupan asmara anak - anak muda dewasa ini. Darmaji, seorang lelaki yang hanya menjadi obat patah hati. Sangat banyak Darmaji - Darmaji lainnya di luar sana yang cukup malang untuk menerima keadaan seperti ini.
Gue hanya memberikan sedikit sindiran untuk perempuan - perempuan seperti Surti yang mau dimengerti tapi tak mau mengerti, memberikan kode - kode basi walau sudah tau laki - laki itu bodoh dalam hal peka idih..
Sedikit pesan buat laki - laki seperti Darmaji, Jangan jadi obat patah hati, kalau sakitnya sembuh dia tidak akan ke apotek untuk membeli obat lagi.....



















Comments
2 Comments

2 komentar: